Dalam beberapa waktu belakangan, saya tidak mempunyai hobi yang benar-benar baru. Hobi terbaru saya akhir-akhir ini berkisar di antara hobi lama yang berulang lagi.
Pernah ada masa-masa di mana saya rajin eksplorasi hal atau kegiatan baru. Di bidang olahraga misalnya, sewaktu SMP saya mengikuti ekskul Pencak Silat dan menyukainya. Sampai pernah mewakili Kota Bekasi pada Kejuaraan Daerah Jawa Barat.
Lalu kegemaran akan Pencak Silat meredup seiring padatnya kegiatan belajar menuju ujian akhir sekolah. Saat kuliah, saya kembali menjajal jenis martial arts yang lain: Karate. Ternyata menarik juga! Sempat juga mengikuti kejuaraan karate meski tidak membawa pulang medali.
Saat memasuki dunia kerja, waktu dan lokasi latihan karate tidak memungkinkan untuk dijangkau, sehingga karate tinggal kenangan.
Lalu saya sempat juga menjajal olahraga panahan. Ini menarik juga karena tidak seperti martial arts yang menggunakan kemampuan fisik yang besar. Selain kemampuan fisik, panahan mengandalkan fokus. Saya yang suka lompat-lompatan fokusnya menemukan kegiatan ini menarik. Tapi sayang sekali, saya tidak mendapatkan dukungan dari Ibu. Alhasil, kegiatan tersebut ditinggalkan.
Lalu, apa hobi terbaru saya belakangan ini? Apa berhubungan dengan olahraga juga? Enggak sih. Saya belum menemukan jadwal yang klik buat olahraga sekarang-sekarang ini. Seringnya bocah-bocah rewel liat Emaknya baru pemanasan.
Daftar Isi
Baca Buku lintas Genre
Ini salah satu hobi yang saya bangun di 2021 ini. Saya suka membaca sejak kecil, seringnya dulu membaca majalah. Segala macem majalah yang ada saya baca, dari Bobo hingga Kartini.
Namun, sejak menikah, saya tidak lagi rajin membaca buku. Alasan klise tentang rutinitas tidak bisa dihindari, walaupun saya sudah mencoba bergabung dengan komunitas literasi.
Akhirnya setelah rindu pada efek membaca (merasa terisi dan powerful), saya mencoba lagi membangun kebiasaan membaca mulai tahun ini. Saya targetkan membaca setidaknya 2 buku dalam 1 bulan, plus menulis review agar pengalaman membaca terekam dan bermanfaat bagi yang membutuhkan. Sebisa mungkin saya membaca buku dari banyak genre untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman saya.
3 bulan pertama berjalan lancar. Lalu suatu hal terjadi. Sebuah distraksi yang melenakan. Kebiasaan membaca saya terhenti hingga saat ini. Apa distraksi yang melenakan tersebut?
Nonton Drama Korea
Yak, ini dia guilty pleasure yang mengobrak-abrik kebiasaan baik ya g sedang dibangun selama 3 bulan!
Drama korea ini sebenarnya sudah saya kenal sejak masa kuliah. Hanya saja saat itu saya tidak terlalu tertarik. Malahan, saya gandrung dengan drama Jepang yang memiliki ide cerita yang anti mainstream.
Awalnya karena seorang teman merekomendasikan sebuah drama korea berjudul Touch Your Heart (reviewnya bisa dibaca di sini). Setelah menonton drama tersebut, saya jadi mencari tahu drama Lee Dong Wook lainnya. Lalu, bertemulah saya dengan drama Goblin atau Dokkaebi yang berjudul Guardian: The Lonely and Great God (baca reviewnya di sini ya).
Efek nonton Goblin lebih parah lagi, saya jadi makin gila mencari tahu film dan dramanya Gong Yoo. Coffee Prince yang beberapa waktu sebelumnya sempet diliat sebentar lalu ditutup lagi karena tampilannya terlalu jadul, rela saya tonton demi melihat aktingnya Gong Yoo.
Gong Yoo Mania
Gong Yoo maniaaaa..mantap! Jadi begitulah saya menjadi Gong Yoo mania dan mempunyai hobi terbaru memburu film serta drama Gong Yoo karena terpukau dengan Kim Shin di drama Goblin.
Berhubung Ramadan, sampai dengan saat ini saya berhasil menahan diri untuk tidak menghabiskan waktu dengan menonton film Gong Yoo, betapapun penasarannya.
Membaca Buku vs Menonton
Menonton memang memberikan candu tersendiri bagi saya. Karenanya, sudah sejak lama saya menahan diri saya untuk tidak mengikuti tren menonton drama korea. Tapi kali ini terjebak juga.
Berbeda dengan efek membaca yang membuat diri lebih terisi dan powerful, efek menonton membuat diri lebih mudah terhanyut. Tau kan ya bagaimana terhanyut? Terombang ambing mengikuti aliran air. Saya bisa sampai berhari-hari masih terikat dalam suasana drama yang saya tonton. Karenanya, menulis review setelah menonton cukup efektif mengurangi keterikatan terhadap drama yang sudah saya tonton.
Kebiasaan menonton ini kontrapoduktif dengan kebiasaan membaca. Jika hari ini saya habiskan waktu luang dengan menonton, berarti saya kehilangan waktu luang untuk membaca. Tampaknya saya masih perlu belajar lagi mengatur waktu luang yang ada.
Kalau kamu, punya hobi terbaru apa nih? Boleh ya cerita-cerita di kolom komen.